Perbedaan istilah linguistik,linguistis dan lingual
A. Linguistik
Istilah linguistik berpadanan dengan kata
linguistics dalam bahasa Inggris, linguis tique dalam bahasa Prancis, dan
linguistiek dalam bahasa Belanda. Istilah itu diturunkan dari bahasa Latin
lingua yang berarti ‘lidah’ atau ‘ba hasa’ (Wanamaja, 1964:241). Dalam bahasa
Indonesia, linguistik diterjemahkan menjadi “ilmu bahasa”.
B. Linguis
Ada linguistik, ada pula linguis.
Linguistik adalah ilmu yang me nye tudi seluk-beluk bahasa, sedangkan linguis
adalah orang yang profe si nya menyetudi seluk beluk bahasa itu. Untuk menjadi
linguis, diperlukan tiga syarat, yaitu menghayati objek penelitian nya,
menguasai teori dan metode yang cocok dengan objek peneli tiannya, dan
mempunyai kemampuan merumuskan gagasan-ga gas annya (Sudaryanto, 1983:69).
C. Satuan Lingual
Objek sasaran penelitian linguistik adalah
bahasa. Bahasa yang di maksud adalah bahasa manusia (Pateda, 1988:2). Bahasa
manusia yang dimaksud kan adalah bahasa keseharian biasa yang di gunakan
manusia yang berkelompok-kelompok membentuk ber bagai masyarakat penutur yang
ada tersebar di seluruh dunia (Su daryanto, 1995:2). Dengan kata la in, bahasa
yang dite liti oleh lin guistik adalah bahasa manusia (human language)
(Widdowson, 1997:3).
Pengertian bentuk-bentuk lingual atau satuan gramatika
A. Wacana
Wacana adalah kesatuan makna (semantris) antar bagian di dalam
suatu bangun bahasa.Dengan keatuan makna,wacana dilihat sebagai bangun bahasa
yang utuh karena setiap bagian dalam wacana itu berhubungan secara padu.Wacana
juga terikat pada konteks,sebagai kesatuan yang abstrak,wacana dibedakan dari
teks,tulisan,bacaan,tuturan atau inskripsi yang mengacu pada makna yang sama
yaitu wujud konkret yang terlihat,terbaca dan terdengar.
Jenis wacana dari
berbagai segi terbagi beberapa diantaranya ialah:
1. Wacana ekspresif,apabila wacana itu bersumber
pada gagasan penutur atau penulis sebagai sarana ekspresi,seperti wacana pidato
2. Wacana fatis,apabila wacana itu bersumber pada
saluran untuk memperlancar komunikasi,seperti wacana perkenalan dalam pesta
3. Wacana informasional,apabila wacana itu
bersumber pada pesan atau informasi,seperti wacana berita dalam media massa
4. Wacana estetik,apabila wacana tersebut
bersumber pada pesan dengan tekanan keindahn pesan,seperti wacana puisi dan
lagu
5. Wacana direktif,apabila wacana itu diarahkan
pada tindakan atau reaksi dari mitra tutur atau pembaca,seperti wacana khotbah
B. Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatik yang
didahului dan daiakhiri kesenyapan akhir yang berisi pikiran yang lengkap dalam
ujaran.
Ciri-ciri kalimat, yaitu:
a. Konstruksi
sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih,
b. Diakhiri
dengan intonasi atau tanda baca,
c. Merupakan
konstruksi sintaksis yang mengandung unsur predikasi,
d.Terdiri
atas unsurS dan P dengan atau tanpa O, Pel, atau K.
Contoh:
- Adiknya gagah.
S P
- Ryan bermain bola.
S
P O
- Ibu berbicara tentang
pernikahanku.
S
P
Pel
- Ayah sedang pergi
ke kantor.
S
P
Ket
Kalimat dapat dikategorikan berdasarkan 5 kriteria:
1.Struktur intern klausa
2.Jumlah dan macam klausa
3.Jenis tanggapan yang diharapkan
4.Sifat hubungan pelaku dan perbuatan
5.Ada atau tidaknya unsur ingkar di dalam predikat utama
C. Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri
atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak. Unsur klausa berupa S dan P,
sedangkan O, Pel, dan K bukan unsur utama. S juga bisa dilesapkan sehingga
unsur pokok klausa adalah P, rumusnya adalah (S) P, (O) (Pel).
Ciri-ciri klausa, yaitu:
a. Terdiri
atas S dan P baik disertai O, Pel, K maupun tidak,
b. Unsur
klausa berupa S dan P,
c. Unsur
utama klausa adalah P karena S dapat dilesapkan,
d. Mempunyai
rumus (S) P, (O) (Pel).
Klausa dapat digolongkan berdasarkan distribusi satuan yaitu:
1. Klausa bebas yaitu klausa klausa yang
bersendiri menjadi kalimat
2. Klausa terikat yaitu klausa yang tidak dapat
berdiri sendirisebagai kalimat,seperti bahwa satu sehingga,di depan
kata selanjutnya.
Contoh : Kami datang sebelum pertunjukan dimulai.
D. Frase
Frase adalah
satuan garamatik yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak melampaui
batas fungsi baik fungsi S, P, O atau fungsi-fungsi lainnya.
Ciri-ciri frasa ada tiga, yaitu:
a.Terdiri
dari dua kata atau lebih,
b.Tidak
melampaui batas fungsi,
c. Bisa
diperluas atau disisipi dan atau yang.
Frase dapat digolongkan berdasarkan macam strukturnya yaitu:
1.Frase eksosentris yaitu frase yang salah satu pembentukannya
berbentuk preposisi
Contoh :- di rumah
- Kepada mereka
2.Frase endosentris yaitu frase yang mempunyai induk
Contoh :- kucing hitam
E. Kata
Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna
tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa
yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan
pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa. Dari segi bahasa kata diartikan
sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai bagian terkecil dari kalimat.
Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang memiliki makna
dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.
F. Morfem
Morfem adalah bentuk yang dapat membedakan makna atau
mempunyai makna.Wujud morfem dapat berupa imbuhan,klitika,partikel dan kata
dasar (-an, -lah, -kah). Jika ditinjau dari segi bentuknya,kata dasar tergolong
sebagai morfem karena wujudnya hanya sebagai satu morfem
contoh
contoh
- Bawa
- Rumah
- Main
Tidak dapat diuraikan
lagi menjadi bentuk yang lebih kecil, Sebaliknya kata
terbawa,dirumahkan,dipermainkan adalah kata-kata yang kompleks yang dapat
diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.
Menurut bentuk dan
maknanya :
1.Morfem bebas ialah mirfem yang berdiri sendiri dari segi makna
tanpa harus dihubungkan dengan morfem yang lain,semua kata tergolong
bebas.Semua imbuhan awalan,sisipan,akhiran serta kombinasi awalan
dan akhiran.
2.Morfem terikat ialah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri
dari segi makna. Makna terikat baru bisa jelas setelah morfem itu dihubungkan
dengan morfem lainnya.Unsur-unsur kecil seperti klitika,partikel,dan
bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri.
Bentuk bebas dan bentuk terikat
Satuan atau bentuk linguistik yang dapat
berdiri sendiri dalam tuturan biasa, seperti buku, jalan, rumah, dan sebagainya
disebut bentuk bebas, sedangkan bentuk linguistik yang tidak dapat berdiri
sendiri dalam tuturan biasa, seperti ber- disebut bentuk terikat.
(Prawirasumantri, 1985: 116).
Diantara bentuk-bentuk yang tidak dapat
berdiri sendiri dalam tuturan biasa, ada yang secara gramatik mempunyai sifat
bebas seperti halnya satuan-satuan yang dalam tuturan biasa dapat berdiri sendiri.
Bentuk-bentuk yang dimaksud ialah dari, kepada, sebagai, tentang, karena,
meskipun, lah, dan masih banyak lagi. Sifat bebas dari dan lah misalnya dapat
dilihat dari jajaran-jajaran sebagai berikut:
dari
toko
dari suatu toko
dari dua buah toko
dari hampir semua toko
berjalanlah
berjalan cepatlah
bercajan ke utaralah
berjalan ke utara sajalah
Bentuk dari kelihatannya terikat pada toko,
tetapi dengan adanya frasa dari sutu toko, dua buah toko, dan dari hampir semua
toko, jelaslah bahwa bentuk dari secara gramatik dapat dipisahkan dari
toko.demikian pula dengan bentuk lah pada berjalanlah. Bentuk ini kelihatannya
terikat pada berjalan, tetapi dengan adanya frasa berjalan cepatlah, berjalan
ke utaralah, berjalan ke utara sajalah, jelaslah bahwa lah secara gramatik
tidak terikat pada berjalan.Bentuk-bentuk ber-, ter-, men-, per-, -kan, –an,
-i, ke-an, per-an, dan sebagainya, jelas tidak dapat berdiri sendiri, baik
dalam tuturan biasa, maupun secara gramatik. Bentuk-bentuk tersebut bersama
dengan bentuk lain membentuk bentuk kata, misalnya ber- bersama dengan jalan
membentuk kata berjalan, ter- bersama dengan pandai membentuk kata terpandai,
men- dengan alir membentuk mengalir, dan sebagainya. Dilihat dari sudut
artileksikal, akan tetapi memiliki arti gramatikal, sebagai akibat pertemuannya
dengan bentuk lain. Karena itu, bentuk-bentuk seperti ber-, ter-, men-, dan
sebagainya itu termasuk dalam golongan afiks.
Bentuk-bentuk ku, mu, nya, kau, dan isme,
dalam tuturan biasa juga tidak dapat berdiri sendiri, dan secara gramatik juga
tidak mempunyai kebebasan. Jelaslah bahwa bentuk-bentuk itu termasuk golongan
bentuk terikat, namun demikian, ada perbedaan antara bentuk terikat. Namun
demikian, ada perbedaan antara bentuk-bentuk ber-, ter-, men-, dan sebagainya. Perbedaannya
ialah bentuk ku, mu, nya, dan sebagainya memiliki arti leksikal. Karena itu,
bentuk-bentuk seperti ku, mu, nya, dan sebagainya dapat dimasukkan ke dalam
golongan afiks, melainkan termasuk golongan yang dimaksud klitik. Klitik dapat
dibedakan menjadi dua golongan ialah proklitik dan enklitik. Proklitik terletak
di muka, misalnya ku, pada kuambil, kau pada kauambil, sedangkan enklitik
terletak di belakang, misalnya ku pada rumahku, mu pada rumahmu, nya pada
rumahnya.
Bentuk juang misalnya dalam berjuang,
perjuangan, pejuang, memperjuangkan, bentuk temu misalkan dalam bertemu,
pertemuan, menemukan, menemui, penemuan, juga merupakan bentuk-bentuk yang
tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa, dan secara gramatik tidak
memiliki sifat sebab. Namun demikian, bentuk-bentuk itu tidak dapat dimasukkan
ke dalam golongan afiks maupun klitik karena bentuk-bentuk itu mempunyai sifat
tersendiri ialah dapat dijadikan bentuk dasar, seperti terlihat pada
bentuk-bentuk berjuang, bertemu dan sebagainya. Karena itu, bentuk-bentuk itu
merupakan golongan tersendiri yang disebut pokok kata. Bentuk-bentuk lain yang
dapat dimasukkan ke dalam golongan pokok kata ialah alir, ketahu, sandar,
puluh, rangkak, dan sebagainya. (Ramlan, 1985: 25-28).
Bentuk tunggal dan kompleks
Jika
satuan sepeda dibandingkan dengan satuan lain, yaitu bersepeda, bersepeda keluar kota,
sepeda-sepeda, ternyata ada perbedaannya. Perbedaannya
ialah bahwa pada satuan sepeda tidak mempunyai satuan yang lebih kecil lagi,
berbeda dengan bersepeda yang terbentuk dari satuan ber- dan sepeda, bersepeda
ke luar kota, yang terdiri dari satuan ber-, sepeda, ke, luar, dan kota.
Satuan
gramatik yang tidak terdiri dari satuan yang lebih kecil lagi menurut M.
Ramlan, disebut sebagaibentuk tunggal,
dan satuan yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil lagi, disebut
sebagai bentuk
kompleks. Satuan-satuan ber-, sepeda, ke, luar, dan kota, masing-masing merupakan bentuk tunggal, sedangkan
satuan-satuan, bersepeda,
bersepeda keluar kota,
merupakan bentuk kompleks.
Bentuk tunggal dan bentuk kompleks (satuan gramatik tunggal dan
satuan gramatik kompleks)
1) Bentuk tunggal adalah bentuk yang hanya terdiri atas satu
satuan gramatik.
Bila satuan gramatik tersebut bebas secara morfologis, bentuk
itu disebut kata tunggal (monomorphemic word).
2) Bentuk kompleks adalah bentuk yang terdiri atas dua atau
lebih satuan gramatik.
Bila bentuk itu bebas secara mjorfologis, bentuk tersebut
merupakan kata kompleks (polymorphemic word)
Unsur-unsur ultimat atau unsur langsung
Bentuk kompleks selalu terdiri atas lebih
dari satu bentuk yang lebih kecil dari bentuk kompleks itu. Bentuk-bentuk yang
menjadi pembangun bentuk-bentuk yang lebih besar disebut unsur (constituent)
(Ramlan dalam Prawirasumantri, 1985: 118). Misalnya, ber-, pakai dan –an
merupakan unsur bentuk kompleks berpakaian; ber-, ke-an dan duduk, merupakan
unsur dari bentuk kompleks berkedudukan.
Tampaknya bentuk-bentuk yang menjadi unsur
pembangun bentuk yang lebih besar sekaligus dalam satu deretan membangun bentuk
itu. Jika bentuk yang lebih besar itu terdiri atas dua buah bentuk (unsur) yang
lebih kecil, memang demikian. Akan tetapi, tidak sama halnya dengan
bentuk-bentuk yang terdiri atas lebih dari dua buah bentuk yang lebih kecil.
Misalnya bentuk ber-, pakai, dan –an tidaklah sakaligus (serempak) membentuk
berpakaian, melainkan bertahap, yakni mulai menjadi pakaian dan seterusnya ber-
pada pakaian menjadi berpakaian. Unsur langsung membentuk satuan yang lebih
besar disebut unsur langsung (immediate constituent), misalnya pakai dan –an
merupakan unsur langsung bentuk pakaian, ber- dan pakaian merupakan unsur
langsung bentuk berpakaian. Diagram pembentukannya sebagai berikut:
Berpakaian
pakaian
![]() |
ber- pakai -an
Contoh lain kata berperikemanusiaan. Proses
pembentukannya lebih banyak lagi dibandingkan dengan kata berpakaian. Bentuk
berperikemanusiaan terbentuk dari unsur ber- dan perikemanusiaan. Bentuk
perikemanusiaan terbentuk dari unsur peri dan kemanusiaan. Selanjutnya
kemanusiaan terbentuk dari ke-an dan manusia. Jadi proses terbentuknya kata
berperikemanusiaan sebagai berikut:
manusia ... kemanusiaan ... perikemanusiaan ...
berperikemanusiaan.
Diagramnya sebagai berikut:
berperikemanusiaan
perikemanusiaan
kemanusiaan
berperikemanusiaan
Bagaimanakah unsur itu dapat ditentukan?
Apakah satuan yang diselidiki itu hanya terdiridari dua
bentuk, dengan mudah dapat ditentukan bahwa kedua buah bentuk itu merupakan unsurnya.
Tetapi apabila unsur yang diselidiki itu terdiri tiga bentuk atau lebih,
haruslah diperhatikan dua taraf berikut ini!
Taraf I
Pada taraf ini, dicari kemungkinan adanya satuan yang
satu tingkat lebih kecil daripada satuan yang diselidiki.
Pada berperikemanusiaan, bentuk yang
setingkat lebih kecil ialah perikemanusiaan. Bentuk *berperikemanusiaan tidak
akada. Maka dapat ditentukan bahwa berperikemanusiaan terdiri dari unsur ber-
dan perikemanusiaan. Selanjutnya bentuk yang satu tingkat lebih kecil dari
perikemanusiaan ialah kemanusiaan; *perikemanusiaan tidak ada, dan
*rikemanusiaan tidak ada. Maka dapat ditentukan bahwa satuan perikemanusiaan
terbentuk dari unsur peri dan kemanusiaan. Bentuk * ke manusia memang tidak
ada, tetapi disitu sebagai kata depan. Bila ke merupakan afiks, bentuk *ke
manusia tidak ada; demikian pula *manusiaan, juga tidak ada. Maka dapat
ditentukan bahwa bentuk yang satu tingkat lebih kecil dari padanya ialah
manusia. Jadi, kemanusiaan terdiri dari unsur ke-an dan manusia.
Banyak bentuk ditentukan unsurnya dengan
mempergunakan taraf pertama. Misalnya kata-kata kehujanan, kenamaan, peradaban,
peradilan, keberlangsungan, pengairan,berpemimpi, yang masing-masing terdiri
unsur-unsur ke-an, dan hujan, ke-an ddan nama, per-an dan adab, per-an dan
adil, ke-an dan berlangsung, pen-an dan air, ber dan pemimpi.
Taraf II
Untuk menentukan unsur kata pembacaan
memperhatikan faktor arti dan makna. Kata pembacaan mempunyai arti “hal
membaca”. Kalau pembacaan terbentuk dari unsur pen- dan bacaan, tentulah makna
pen- tidak sesuai dengan arti yang dinyatakan oleh kata pembacaan. Kalau kata
pembacaan terbentuk dari unsur pembaca dan –an, tentu makna –an tidak sesuai
dengan arti yang dinyatakan oleh kata pembacaan. (Ramlan, 1985:40-44).
Bentuk dasar dan bentuk asal
Bentuk asal ialah selalu bentuk berupa
bentuk tunggal, berbeda dengan bentuk dasar,
mungkin berupa bentuk tunggal misalnya pakai dalam pakaian, sudah dalam
kesudahan.Bentuk asal ialah satuan
yang paling kecil yang menjadi sesuatu kata kompleks. Misalnya kata berpakaian
terbentuk dari bentuk asal pakai mendapat bubuhan afiks-an menjadi pakaian
erupa bentuk tunggal misalnya pakai dalam pakaian, sudah dalam kesudahan.Telah
diketahui bahwa bentuk-bentuk linguistik ada yang berupa bentuk kompleks, yakni
bentuk-bentuk yang terdiri atas lebih dari sebuah bentuk yang lebih kecil.
Dalam bentuk kompleks dapat ditemukan bentuk-bentuk yang menjadi asal, dan ada
tau yang menjadi dasar terbentuknya bentuk kompleks.
Bentuk asal ialah satuan yang paling kecil
yang menjadi asal sesuatu kata kompleks. Miasalnya kata berpakaian terbentuk
dari bentuk asal dari pakai mendapat bubuhan afiks –an menjadi kata pakaian,
kemudian mendapat bubuhan afiks ber- menjadi berpakaian. Contoh lain, misalnya
kata berkesudahan. Kata ini terbentuk dari bentuk asal sudah mendapat bubuhan
afiks ke-an menjadi kesudahan, kemudian mendapat bubuhan afiks ber- menjadi
berkesudahan.
Bentuk dasar ialah bentuk, baik tunggal
maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan bagi bentuk yang lebih besar. Kata
berpakaian, misalnya, terbentuk dari bentuk dasar pakaian dengan afiks ber-,
selanjutnya kata pakaian terbentuk dari bentuk dasar pakai dengan afiks –an.
Kata berkesudahan terbentuk dari bentuk dasar kesudahan dengan afiks ber-, dan
selanjutnya kata kesudahan terbentuk dari bentuk dasar sudah dengan afiks
ke-an.
Bentuk asal selalu bentuk tunggal, sedangkan bentuk biasa bentuk kompleks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar